Beranda

Selasa, 26 Juli 2011

Sajak-Sajak

Puisi Idham Hamdani

SAJAK-SAJAK


Bila aku tiba-tiba merindukan kalian

Daun mana yang harus pertama kusentuh

Daun jambu atau daun pohon mangga

Bukankah kalian sembunyi di sana, di balik goyangan dedaunan itu

bersama angin, bersama riak senyapan


Aku tinggalkan kalian saat dedaunan mengering

dan angin semakin lekat saja mengipas mulutku

Kemudian aku mengira dedaunan telah rontok semuanya

bersama tikaman lengking nada kejenuhan, senyapan

1999

Kamis, 21 Juli 2011

Surat Balasan

Puisi Idham Hamdani

SURAT BALASAN
-untuk adik

Suratmu tertulis di bunga-bunga pohon jambu. Musim hujan ini berguguran dan terserak di dadaku, dingin dan basah. Huruf-huruf apik meresapkan bisikan matamu, berkesiur-kesiur seperti angin yang membagi hujan ke setiap bayang cuaca.

Di hutan suratmu dibaca lembab seperti sajak Dewi Pohaci merayu bumi agar memandikanku dari mimpi-mimpi.
Hanya tuhan yang mampu menulis kata adil. Ialah mencipta langit-bumi, ialah mengadakan siang-malam, ialah mejadikan laki-perempuan, kakak-adik. Ialah hanya membuat dunia genap dan mantap.

Gerimis, bunga-bunga jatuh di dada. Dengan kita tuhan suka angka ganjil karena kita adalah ganjil. Kita tak akan genap tanpa membuat ganjil. Kita mencari adil, karenanya kita selalu tak adil.

Suratmu di guguran bunga musim hujan membawa dingin dan basah ke dadaku. Tapi bisikan matamu tetap berkesiur-kesiur membagi gerimis ke sudut-sudut urat darah, karenanya aku akan selalu tak adil mengenaimu di hutan mana pun.

2 Desember 1999